Kesabaran Dalam Menulis
Saya nampaknya termasuk orang yang kurang sabar dalam menulis. Yang
saya maksud dengan kesabaran di sini adalah kedalaman ketika kita
menjabarkan sebuah obyek. Sebagai contoh, ketika menceritakan sebuah
pohon maka saya akan menulis pohon jambu yang berada di depan rumah
saya. Titik. Begitu saja. Saya tidak punya cukup kesabaran untuk
menceritakan lebih lanjut mengenai pohon tersebut; apakah dia banyak
buahnya, sudah berapa lama pohon tersebut tumbuh, atau bahkan saya tidak
cukup sabar untuk menjelaskan bahwa jambu yang saya maksud adalah jambu
air bukan jambu bol. he he he. Akibatnya tulisan saya menjadi terlalu
singkat. Plot saja.
Mungkin saya termasuk yang kurang suka dengan cerita yang terlalu berbunga-bunga. Saya lebih suka mendapatkan inti dari alur ceritanya kemudian mengembangkan sendiri cerita itu dalam kepala saya. Mengkhayal. Itulah sebabnya saya lebih suka cerita yang tidak terlalu menyuapi pembacanya dengan rincian. Berikan pembaca secukupnya dan biarkan mereka mengkhayal. Itu yang terbaik menurut saya.
Namun saya sadar bahwa yang terbaik menurut saya bukan berarti yang terbaik menurut banyak orang. Maka dari itu seharusnya saya belajar untuk lebih sabar dalam menulis. Harus berlatih. (Mencari latihan menulis.)
Mungkin saya termasuk yang kurang suka dengan cerita yang terlalu berbunga-bunga. Saya lebih suka mendapatkan inti dari alur ceritanya kemudian mengembangkan sendiri cerita itu dalam kepala saya. Mengkhayal. Itulah sebabnya saya lebih suka cerita yang tidak terlalu menyuapi pembacanya dengan rincian. Berikan pembaca secukupnya dan biarkan mereka mengkhayal. Itu yang terbaik menurut saya.
Namun saya sadar bahwa yang terbaik menurut saya bukan berarti yang terbaik menurut banyak orang. Maka dari itu seharusnya saya belajar untuk lebih sabar dalam menulis. Harus berlatih. (Mencari latihan menulis.)
No comments:
Post a Comment