Harry Potter Chibi Zacharias Smith

first date

Friday, May 17, 2013

10 tempat angker di semarang

Suka duka siaran itu ada-ada aja, kali ini saya mau cerita berita dukanya. Kemarin malam waktu saya siaran di radio loenpia dengan tema "Bincang Bencong Tempat Horor di Semarang" ada kejadian aneh, judulnya emang aneh, ada kata bencong-nya. Bukan, bukan judul yang bikin aneh, tetapi karena ada kejadian yang bikin bulu kuduk berdiri.

selasa kemarin malam saya siaran bersama DJ @Jeepban dan narasumber cewek bernama @Namythachandra seorang mahasiswi kebidanan disemarang. Satu cerita, dua kisah seram, tiga setan disebut, tempat horror dan angker dibahas cukup menyeramkan, sampai pada tengah-tengah cerita, bulu kuduk berdiri dan terjadilah. (sound effect serigala melonglongg auuuuuuuuuu ah gelap)
Ilustrasi Uji Nyali, penampakan di Lawang sewu


Ditengah bahasan tentang setan wewe gombel di UNIKA dan terowongan jalan tol dekat PLN jatingaleh server mendadak mati, macet, direfresh juga tidak bisa balik lagi, encoder macet. si namita ketakutan dan mematikan conference, siaran pun berhenti sejenak. kok jadi rada merinding gini, mungkin Setan gombel kupingnya panas nih terus servernya diacak-acak, bwehehehe asumsi ngaco.

Menurut anda dimana tempat horor disemarang? dan pastilah Lawang sewu menduduki peringkat pertama yang dikategorikan angker. Selain sudah pernah jadi tempat uji nyali dan terlihat penampakan, waktu itu sangat sempat bikin heboh di reality show. Kemudian 1 minggu setelah uji nyali terjadi kelainan pada peserta itu, menurut kabarnya sih orangnya sudah meninggal -saya cuma dengar kabar burung aja sih, belum tau kebenarannya (backsound kuntilanak merintih garuk garuk pantat)

Jadi sebenarnya masih banyak tempat seram dan horor yang cocok untuk dijadikan wisata ghoib selain di lawang sewu, kalau mau tau ini ada 10 tempat yang bisa dijadikan tempat uji nyali.
  1. Lawang Sewu : menjadi trademark utama tempat horror disemarang, banyak sekali cerita mistis dibalik bangunan belanda berpintu 1000  ini. Loteng, atap paling atas yang biasa dijadikan lapangan sepakbola ini ada penampakan wanita yang menggantung, adik saya si momot juga pernah lihat penampakan disini dan bertingkah aneh. masih banyak sudut yang horor lainnya terutama diruang bawah tanah. saya ceritakan lain waktu.
  2. Tugu Soeharto Sampangan, pernah diceritakan kalo ditugu ini banyak hewan hewan penunggu seperti buaya putih, MONYETTT!!! - nunjuk dije disebelah sedang jawa warnet hehehe
  3. Bukit Bergota (kuburan) depan Kamar Mayat RSUP Dr Karyadi. yang namanya kuburan ya mesti angker dong ah.
  4. SMAN 1 : Aula Besar, Aula Kecil, area bekas kolam renang, ruang kesenian, lantai 2 sayap Kanan dan pohon besar belakang lapangan sepak bola, banyak sekali cerita horor disini, pernah dengar kalau ada tuan dan none none belande yang pesta.
  5. Bekas bangunan Hotel Siranda Jl. Siranda / Pahlawan, dari luar hotel ini memang terlihat angker walaupun disiang bolong, disebuah kamar hotel tersebut pernah terjadi pembunuhan dan arwahnya selalu gentayangan mengganggu pengunjung hingga hotel ini ditinggalkan. namun belakangan hotel ini dijadikan tempat tinggal para pengamen yang biasa mangkal sana.
  6. Kolong jalan Tol dari arah gedung PLN Jatingaleh menuju kampus UNIKA, terowongan ini tikungannya terlalu tajam sering terjadi kecelakaan. Teman saya pernah lihat penampakan genderuwo diatas atap jembatan yang gelap dan terbang mengikutinya.
  7. Jalan Kusumawardhani belakang Taman Makam Pahlawan.
  8. Terowongan Jalan Tol Krapyak, jalan dari pasadena tembus ke krapyak, teman saya pernah kebanan dan mogok disana.
  9. Bukit Gombel Semarang, Bekas Hotel di gombel, Fian teman saya pernah melakukan ekspedisi alam lelembut dan berhasil menangkap penampakan di kameranya, tentu saja menjadi pro dan kotra antara percaya dan gak percaya.
  10. ada dibelakang lu!!!!! haha yang terakhir ini buat lengkap-lengkap aja!!! biar genap gitu.
Sebenarnya masih banyak tempat lain yang masih belum dituliskan, kalo mau cerita horror dan lebih seram bisa pantengin terus siaran  saya tiap Hari kamis malem jumat, atau selasa jam 9 malam, di radio Loenpia . Oya, misal ada lagi tempat yang angker bisa share disini, atau pas saya siaran radio, biar bisa merinding berjamaah.

Salam

Malam Awarding Semarang Blogger Festival



Selasa 2 Mei 2013 menjadi malam bersejarah bagi para blogger seantero semarang, Indonesia dan bisa jadi sedunia karena baru kali ini ada kompetisi, sebuah liga khusus untuk para blogger layaknya perhelatan kompetisi sepakbola. Semarang Blogger Festival yang digagas oleh DotSemarang ini adalah malam apresiasi bagi para blogger yang sudah berkompetisi dengan konsisten melukis keindahan Indonesia di dunia maya melalui media blog.


Selain penghargaan untuk kategori blogger pria dan wanita terfavorit, karena ertepatan dengan hari jadi kota Semarang yang ke 466, diberikan juga penghargaan yang berkaitan dengan semarang. Ada 3 kategori penghargaan, penghargaan pertama sebagai komunitas terfavorit di semarang disematkan kepada Loenpia.net (komunitas blogger semarang) yang sudah eksis sejak 7 tahun silam. Internet Club menjadi Komunitas kampus terfavorit dan @wisatasemarang sebagai akun kota terfavorit di semarang.

Acara sudah dibuka sejak pukul 13.00 siang, dimeriahkan berbagai pertunjukan dan both bagi komunitas untuk saling kenal dan memperkenalkan komunitasnya. Sebagai malam puncaknya dimeriahkan dengan pertunjukan tari, shuffle dance, dan Theater Gema dari IKIP PGRI.

"Semarang Blogger Festival adalah wadah bagi para blogger supaya tetap konsisten menulis" ujar Ismi selaku penanggung jawab acara. Salut kepada pemuda-pemudi dan beragam komunitas di semarang yang dengan kreatif dan positif mengangkat nama Semarang.

Menikmati Candu Air Terjun, Curug Lawe dan Benowo


HAE... saya bernostalgia "lagi" dengan lumut, batu dan gemercik air jatuh paling indah di lereng gunung Ungaran. Kali ini saya memandu legiun asing, 4 orang master Biologi dari Salatiga menjelajah Curug Lawe dan Benowo. Melakukan perjalan dengan manusia manusia ini sangat unik, paling tidak saya sedikit tau tentang nama latin atau ilmiah bermacam pepohonan, paraserianthes falcataria ( sengon) dan tectona grandis (jati).

Setibanya di Pos jaga sekaligus rumah kabag (mandor) perkebunan PT. Cengkeh Zanzibar, yang kami cari hanya mencari 1 hal, yaitu indomie. Ya... betul indomie rebus pakai telur ceplok kebul-kebul. Sepertinya energi  dari segelas milo dan 2 potong roti pisang keju dari rumah sudah terkuras di 9 kilometer perjalanan Gunungpati - Brangjang - Dolo - Kalisidi (jalan kaki).



Untuk masuk wisata cukup membayar karcis 4 ribu per pantat. Pukul 9:50 kami lanjutkan perjalanan, masuk dalam rimbunnya kebun cengkeh sekitar 70 meter, kemudian belok kiri turun menyusuri parit, sudah ada papan penunjuk arahnya kok.

Walaupun sudah tidak ada jalan yang rusak karena longsor, namun harus tetap ekstra hati hati, karena kombinasi lumut dan air di sepanjang parit dapat membuat anda tergelincir. Pastinya anda tidak ingin terjun bebas bukan? karena sisi kiri adalah sungai dengan jeramnya yang deras dan berbatu, kedalaman sekitar 30 meter. Terkadang juga ada ranting bergigi piranha dari tanaman yang menjulur mirip pohon aren, siap mencantol apapun, termasuk telunjuk saya yang usil megang megang.


Saya berjalan pelan ketika sampai di jembatan kayu, orang menyebutnya "jembatan cinta". Pose foto diatas saya memang berlari, tetapi sebenarnya jantung saya berdegup menciut, was was andai kayu jembatan patah karena lapuk, atau terpeleset terjun bebas lalu wassalam. Jembatan dengan lebar 1 meter berbahan besi ini berfungsi menghantarkan air (dibawah), dan bagian atas yang berlapis kayu digunakan sebagai jalan. Jembatan ini adalah spot paling menarik setelah kedua curug pastinya.

Hujan pun ikut mewarnai langkah kami. Semakin deras jatuh dari langit, memaksa kami mempercepat langkah, melompati batu, menapaki tanah lembek, menyeberangi sungai supaya lekas sampai tujuan. Otak bertype penjelajah ini konsleting, saya sempat punya ide nakal untuk membuka jalan baru, namun berujung jurang. Akhirnya kembali ke rute semula yang lebih aman.

HEI... SAYA TERBANG. Jangan tiru! adegan ini diperankan oleh atlet pro (photo by wetipo)
Suara gemuruh dan bulir sejuk air yang terbawa angin menjadi tanda bahwa Curug Benowo sudah dekat. Betapa histerisya kami, sampai berlari lebih cepat supaya bisa lebih dekat ketika melihat kucuran air dari pucuk yang menyemburat putih dengan sedikit bias pelangi. Aaaahhh... kita nikmati dahulu keindahan alam Ungaran ini.

Banyak cara untuk menikmati air terjun. Saya rasa menikmati air terjun itu tidak perlu sampai mandi di bawah kucuran air. Iya kalau air yang jatuh,  andaikan yang jatuh itu batang pohon?, batu seukuran kepala bayi? apa tidak cari mati?. Jagalah jarak aman, tidak perlu terkena guyuran air, 10 meter saya rasa sudah cukup. Tidak perlu lama-lama juga, karena 1 menit saja sudah bisa membasahi pakaian anda hingga jeroan terdalam.

30 menit, cukup lama saya habiskan waktu disini. saatnya melanjutkan perjalanan menaiki dan menuruni lereng dengan jalur zig zag menuju Curug Lawe di seberang bukit. Saya  memutuskan untuk melewati curug benowo dahulu kemudian ke curug lawe supaya perjalanan lebih ringan, mengingat harus mendaki dan menuruni bukit.



Tibalah di pertigaan, diatas jembatan ini, saya pernah gagal dan balik arah pulang karena beberapa rekan dalam rombongan yang tidak kuat. Mulai dari Checkpoint ini, aplikasi Endomondo saya rajin berteriak "GPS LOST... GPS LOST". ternyata signal GPS tidak mampu menembus tebalnya dinding pepohonan hutan.

GILA...  medan yang dilewati ternyata lebih menantang, harus nyemplung di kali, meniti dahan pohon yang hanyut, dan tentunya landscape lebih indah. Hanya butuh waktu 20 menit saja untuk sampai di curug lawe. di musim penghujan ini debit airnya lebih deras, bulir yang terbang lebih mirip seperti kabut, kamera hape saya selalu basah dalam hitungan detik sampai tidak bisa mengmbil gambar dengan layak.

Curug Lawe (photo by Dhanang)
Curug lawe, dinding tebingnya  berbentuk oval, hampir setengahnya muncul lelehan air. Banyak sekali gelondongan batang pohon berukuran besar dan bebatuan licin seukuran televisi 21 inci yang mengonggok di dasar air terjun. Melihat kondisi tersebut, saya tidak berani untuk berada lebih dekat, sekedar jaga diri saja, karena alam itu abu-abu, susah untuk diprediksi. dan satu lagi "JANGAN NEKAT MANDI DI BAWAH AIR TERJUN!".

Teman kantor saya bertanya "entuk opo? Apa yang saya dapat?"
Bhahaha saya hanya tersenyum, padahal saya sudah 5 kali main kesini, namun setiap perjalanan ada saja hal baru, tantangan baru, dan tentunya cerita yang berbeda. Bayangkan saja Gunungpati - Curug lawe pergi pulang, jalan kaki sekitar 9 jam dengan jarak tempuh 26 kilomenter dalam guyuran hujan dan lutut shock gara-gara terjerbab saat maling buah wuni di kebun cengkeh.

Saya sampai tepok jidat sendiri dan pengen tepok jidat si dhanang, wetipo, dani dan toni!, kok ya jalan kaki!  bhahaha. Namun bagi orang yang menikmati perjalanan dengan selangkah demi selangkah,  Curug lawe dan Curug Benowo benar benar jadi candu, bakalan muncul rasa kangen untuk berkunjung kembali.

TRAILRUNNING, You Just Have To Run ..........


"You Don't have to RUN fast, You just have to RUN"

"Lhoh sore gini kok lari lari mas?" pertanyaan yang sama persis dilontarkan 2 tetangga saya yang kongkow di depan rumah, "monggo pak bu, cari keringat" balas saya sambil berlari menjauh.

Tetangga saya mungkin sudah bosan melihat pria bercelana pendek berlarian di depan rumahnya sekitar pukul 4.30 sore sampai menjelang magrib, kemudian setiap sabtu pagi mengukur jalan di daerah gunungpati dengan menenteng botol minum 200ml dan handphone layar 4 inchi di tangan kiri.

Kemudian ada pertanyaan dari teman saya, yang saya temui di jalur lari :

Kenapa Harus berlari?
Saya tidak tau, saya hanya ingin lari dan mendambakan jasmani yang sehat. Alasan yang lain, karena saya tidak punya sepeda atau peralatan mahal untuk berolahraga. Saya hanya punya sepatu dan dengkul berumur seperempat abad, jadi saya pilih berlari. "gak ada tandemnya gak asik" sahut teman saya ketika ajak untuk berlari. Saya hanya tersenyum, karena lari itu olahraga yang simple, tidak perlu lawan sebagai kompetitor, karena yang jadi lawan sekaligus penyemangat adalah diri saya sendiri.

Oke, sekarang kita tengok berdasarkan data dan grafik pada aplikasi Endomondo, Bersepeda 34.4 kilometer dalam waktu 38 menit mampu membakar kalori 885 kcal dan dehirdrasi 0.4 liter. Sedangkan bila saya berlari, hanya 5.6 kilometer selama 36 menit mampu membakar kalori 486 kcal, dehidarasi 0.2 liter. bisa dilihat perbedaanya kan?

Prestasi apa yang sudah dicapai?
Sebenarnya bukan masalah prestasi untuk level seperti saya sekarang. Bagi saya, lari sekedar untuk menyalurkan hobi, sembari mengeksplorasi keindahan alam ini, karena mungkin sudah jadi suratan takdir bahwa manusia dikaruniai naluri untuk menjelajah. Misalkan ada kesempatan, saya juga ingin sekali  mengikuti lomba lari marathon.

Kenapa Trailrunning?
Intinya adalah berlari, di manapun bisa, namun terkadang kebosanan muncul. Belum lagi ketika lari di atas lantai beraspal dengan deru asap kendaraan, malah berefek buruk terhadap paru-paru (walau tidak signifikan). Kebetulan saya suka film Avatar, saya membayangkan berlarian mengelilingi hutan dan melompati tebing ala suku Navi sepertinya sangat mengasyikan, nah itulah bonusnya ketika berlari di alam bebas, dapat sehatnya, dapat keringatnya, oksigen melimpah, bonus landscape yang ajaib dan masih banyak lagi.

Gak capek slam?
Pastinya capek, Mengetahui batas kemampuan fisik itu mudah kok, semudah kenalan dengan gebetan baru hehe. Kalau capek ya istirahat, tenggak bekal H2O dalam botol sambil menikmati keajaiban ciptaan Tuhan, lanjut lagi kalau sudah siap. tidak usah ngoyo.

Jangan lari yang ekstreem dulu slam!, trailrunning nanti saja kalau sudah sehat, banyakin isirahat dan terapi, supaya lutut cepet sembuh. Biar bisa lari bersama mengelilingi gunungpati "makasih", saya manggut manggut.

by : Ardy_ka

Film 3 Idiots dan saya ketika SMP


"3 idiots" mengisahkan 2 orang jenius yang mencari jejak 1 orang super jenius yang sudah lama terpisah. sepertinya film ini sudah diputar berulang kali di televisi nasional. Saya bisa dibilang "telat" menonton film ini andai saja tidak dikasi DVD sama mantan, terus diajak nonton bareng berdua di akhir pekan #eh.

Apa hubungannya dengan saya? 
Jadi dulu saat masih SMP, saya diberi julukan "mafia matematika" karena mendapat rekor tertinggi  di kelas selama 2 tahun, di kelas 1 dan kelas 2. Saya mudah mempelajari matematika karena suka dengan metode mengajarnya. Materi yang paling saya kuasai adalah phytagoras, tapi ya itu cuma matematika saja, pelajaran yang lainnya biasa saja.

Saya juga suka fisika, menghitung kecepatan, mengubah satuan dan ukuran komponen listrik. Sampai puncaknya adalah ketika kelas 3. Kegemaran saya mengutak-atik rumus dan soal konversi runtuh karena diajarkan oleh guru yang killer, tempramen, ucapannya pedas dan berkumis tipis. Sumpah saya jadi malas belajar fisika lagi.

Pernah saya mencoba mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda, dan pastinya lebih mudah bagi saya. saya mengutak-atik rumus sendiri, dan dapat mengerjakan dengan hasil yang sama dua kali lebih cepat. PLAKKK!! sang guru malah memarahi saya, katanya rumus saya salah dan menyuruh membuat ulang diluar kelas, sejak itu saya benci dengan fisika. Kemudian saya banting stir jadi atlet basket bhahaha.

Oke oke, balik ke "3 idiots", pokoknya film yang dibintangi Aamir Khan dan Karina kapor ini menjadi salah satu film india terbaik yang menginspirasi saya. ceritanya menarik, tonton sendiri deh! AAL IZZ WELLL...

Kesabaran Dalam Menulis


Saya nampaknya termasuk orang yang kurang sabar dalam menulis. Yang saya maksud dengan kesabaran di sini adalah kedalaman ketika kita menjabarkan sebuah obyek. Sebagai contoh, ketika menceritakan sebuah pohon maka saya akan menulis pohon jambu yang berada di depan rumah saya. Titik. Begitu saja. Saya tidak punya cukup kesabaran untuk menceritakan lebih lanjut mengenai pohon tersebut; apakah dia banyak buahnya, sudah berapa lama pohon tersebut tumbuh, atau bahkan saya tidak cukup sabar untuk menjelaskan bahwa jambu yang saya maksud adalah jambu air bukan jambu bol. he he he. Akibatnya tulisan saya menjadi terlalu singkat. Plot saja.
Mungkin saya termasuk yang kurang suka dengan cerita yang terlalu berbunga-bunga. Saya lebih suka mendapatkan inti dari alur ceritanya kemudian mengembangkan sendiri cerita itu dalam kepala saya. Mengkhayal. Itulah sebabnya saya lebih suka cerita yang tidak terlalu menyuapi pembacanya dengan rincian. Berikan pembaca secukupnya dan biarkan mereka mengkhayal. Itu yang terbaik menurut saya.
Namun saya sadar bahwa yang terbaik menurut saya bukan berarti yang terbaik menurut banyak orang. Maka dari itu seharusnya saya belajar untuk lebih sabar dalam menulis. Harus berlatih. (Mencari latihan menulis.)
Baru baca status twitter temen saya yang kurang setuju karena melihat orang tua yang berbicara dengan anaknya dengan bahasa Jawa. Bukan bahasa Jawanya yang disalahkan, tapi penggunaan bahasanya yang dipermasalahkan. Si orang tua menggunakan basa ngoko pada anaknya yang masih kecil. Memang dalam unggah-ungguh basa Jawa kalau orang tua berbicara kepada orang yang lebih muda boleh memakai basa ngoko, tapi ini kan anaknya sendiri dan masih kecil. Sebagai orang tua yang hidup di Jawa dan menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya, sebaiknya mengajarkan basa kepada anaknya itu menggunakan basa krama atau minimal menggunakan basa ngoko alus.
Saya juga pernah menjumpai interaksi antara orangtua dan anak, dan ketika itu si anak menggunakan basa ngoko lugu (lugu banget -..-), saya saja yang mendengarkan hanya bisa nggumun dan gedheg-gedheg, risih sih dengernya, miris juga. Oh atau mungkin hanya saya yang agak berlebihan menanggapinya itu? Atau memang efek dari kecil saya diajari berinteraksi dengan basa krama oleh orang tua saya, jadi mendengar peristiwa tersebut membuat saya cukup “menghela nafas”. Saya jadi ingat kalau setiap saya menjawab panggilan orang tua saya dengan “napa?“, bapak/ibu saya tetap memanggil nama saya sampai saya menjawab “nggih” atau “dalem“, hehehe lucu sih tapi ada nilainya :)..
Dalam status twitter teman saya juga mengungkapkan kalau orang tua si anak kecil tsb meng-kowe-kan anaknya (menyebut anaknya dengan kowe). Dan teman saya juga menulis “Mbok ya panggil nama, atau panggil “dik” aja...”, dan lagi-lagi saya menyetujui pernyataan teman saya itu, kenapa? Karena kalau dari kecil dibiasakan “seperti itu”, kemungkinan besar si anak juga akan menggunakan bahasa yang digunakan orang tuanya itu pula. Ya alangkah baiknya memang kalau menyebut anaknya dengan nama atau dengan embel-embel dik/mas/mbak.
Padahal menurut pengamatan saya (kepada diri saya sendiri, hehe), semakin bertambah umur itu basa krama penggunaannya semakin sedikit, dan basa krama saya pun sekarang pating plethot :(. Nggak tahu kenapa ya, atau mungkin cuma saya saja yang ada diposisi ini. Ya memang seharusnya semakin dewasa kan semakin baik kualitas hidupnya, bukan semakin memburuk begini.
Alangkah baiknya jika mengajarkan anak dari kecil dengan menggunakan basa krama, karena anak juga tidak hanya berinteraksi dengan orang tuanya, tapi juga dengan masyarakat luas. Pilihan lain jika memang tidak bisa mengajarkan basa krama lebih baik menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (bukan alay,hehe). Tapi jika suatu saat si anak beranjak remaja-dewasa dan harus berinteraksi dengan orang Jawa yang sudah tua dan hanya bisa mengerti bahasa Jawa, kan kojur. Tidak ada salahnya kan sebagai orang Jawa menggunakan unggah-ungguh basa Jawa yang telah diajarkan sejak kita belajar ngomong? Selain sebagai tata krama berinteraksi, juga sebagai tanda kita mencintai budaya Jawa. Jadi, jika kelak nanti kita atau bagi yang sudah berkeluarga dan mempunyai putra/putri dan menggunakan bahasa Jawa dalam interaksi kita sehari-hari, sebaiknya si anak diajarkan basa Jawa krama deh atau (jika perlu) harus diajarkan, agar tidak terjadi “wong Jawa ilang Jawane“.